Postur mengotak membuat wajahnya tidak terlalu eye-catching. Meski begitu, desain bumper kokoh cukup untuk menunjukkan potensinya. Selain untuk membedakan dengan Toyota Agya sebagai saudara kembar.
Bodi minimalis tanpa banyak guratan. Pelek masih besi dan ditutup dop. Ke belakang, desain lampu membuat tampangnya lebih memikat. Pun dengan bentuk tubuh yang cukup pas dan enak dilihat.
Memang dimensinya hanya 3.600 x 1.600 x 1.520 mm (PxLxT). Tapi Daihatsu membuat ruang mesin menjadi kompak. Positifnya, kabin Ayla terbilang luas untuk sebuah city car. Belum lagi desain dasbor yang ringkas membuat kabin terasa lapang.
Desain dasbor minimalis. Audio single-DIN sudah dilengkapi koneksi USB dan AUX-IN. Panel instrumen tak kalah sederhana. Tanpa penunjuk putaran mesin dan hanya ada speedometer besar di tengah. Di bawahnya terdapat beberapa info penting. AC sudah terdapat di tipe ini.
Posisi duduk pengemudi cukup tinggi sehingga menyajikan visibilitas keluar memadai. Tetap nyaman dan memberikan posisi duduk yang pas. Dukungan power steering elektrik membuat manuver terasa mudah. Bersinergi dengan bodi kompak, Ayla sangat pas untuk kaum hawa.
Sayang konsol boksnya kerendahan. Cukup sulit ketika akan menjangkau cup holder di depan. ketiadaan pegangan tangan di atap menyulitkan saat mobil manuver cepat. Tuas transmisi panjang menjaga pengemudi agar tetap mudah menjangkaunya.
Kabin belakang Ayla terasa sangat luas. Selain karena dimensi kabin, menipisnya sandaran bangku menyumbang kesan lapang. Termasuk pula alas jok belakang yang panjangnya dikurangi. Sedikit rendah, tapi tetap nyaman ketika diduduki. Bagasi Ayla juga termasuk sangat lega di kelasnya.
Mesin 998 cc 3-silinder Ayla bertenaga 65 dk di 6.000 rpm dan torsi 88 Nm di 3.600 rpm. Sebagai penerus tenaga digunakan transmisi matik 4-speed.
Suara mesin terdengar cukup jelas di kabin. Termasuk desingan khas mesin 3-silinder. Respons mesin di putaran bawah terasa memadai untuk mobil seberat 765 kg. Ditambah rasio final gear 4,485, Ayla terasa pas saat kondisi ‘stop and go’.
Hal tersebut tercermin dari figur akselerasi Ayla. Si mungil ini sanggup menuntaskan akselerasi 0-100 km/jam hanya dalam tempo 16,53 detik. Akselerasi di kecepatan menengahnya juga cukup memadai. Ayla terasa menyenangkan di jalan dalam kota.
Keunggulan tersebut berkorelasi positif dengan konsumsi BBM dalam kota. Memang, teknologi mesin dan transmisinya masih konvensional. Tapi ia sanggup mencatat konsumsi BBM dalam kota 13,5 km/l.
Di rute tol, mengandalkan mesin 3-silinder dengan kapasitas kecil, membuatnya kesulitan saat cruising. Walau tanpa takometer, kami merasa putaran mesinnya di kecepatan 100 km/jam cukup tinggi. Ia pun hanya mencatat konsumsi BBM 18,5 km/l di tol.
Ayunan suspensi Ayla juga cukup empuk. Wheelbase 2.450 mm membantu meningkatkan kenyamanan. Sayang, bobot mobil ringan membuatnya menimbulkan kegaduhan saat melewati speed trap.
Sementara untuk pengendalian, jangan terlalu berharap banyak darinya. Potensi limbung mudah terdeteksi. Penggunaan ban 155/80 R13 kian membatasi kelincahannya di jalan.
Namanya juga model paling ekonomis, fitur Ayla tipe M terbilang ‘sangat pas’. Power window sudah ada. Tapi spion samping tanpa pengatur elektrik. Tidak ada foglamp atau sensor parkir.
Bodi minimalis tanpa banyak guratan. Pelek masih besi dan ditutup dop. Ke belakang, desain lampu membuat tampangnya lebih memikat. Pun dengan bentuk tubuh yang cukup pas dan enak dilihat.
Desain dasbor minimalis. Audio single-DIN sudah dilengkapi koneksi USB dan AUX-IN. Panel instrumen tak kalah sederhana. Tanpa penunjuk putaran mesin dan hanya ada speedometer besar di tengah. Di bawahnya terdapat beberapa info penting. AC sudah terdapat di tipe ini.
Posisi duduk pengemudi cukup tinggi sehingga menyajikan visibilitas keluar memadai. Tetap nyaman dan memberikan posisi duduk yang pas. Dukungan power steering elektrik membuat manuver terasa mudah. Bersinergi dengan bodi kompak, Ayla sangat pas untuk kaum hawa.
Sayang konsol boksnya kerendahan. Cukup sulit ketika akan menjangkau cup holder di depan. ketiadaan pegangan tangan di atap menyulitkan saat mobil manuver cepat. Tuas transmisi panjang menjaga pengemudi agar tetap mudah menjangkaunya.
Kabin belakang Ayla terasa sangat luas. Selain karena dimensi kabin, menipisnya sandaran bangku menyumbang kesan lapang. Termasuk pula alas jok belakang yang panjangnya dikurangi. Sedikit rendah, tapi tetap nyaman ketika diduduki. Bagasi Ayla juga termasuk sangat lega di kelasnya.
Mesin 998 cc 3-silinder Ayla bertenaga 65 dk di 6.000 rpm dan torsi 88 Nm di 3.600 rpm. Sebagai penerus tenaga digunakan transmisi matik 4-speed.
Suara mesin terdengar cukup jelas di kabin. Termasuk desingan khas mesin 3-silinder. Respons mesin di putaran bawah terasa memadai untuk mobil seberat 765 kg. Ditambah rasio final gear 4,485, Ayla terasa pas saat kondisi ‘stop and go’.
Hal tersebut tercermin dari figur akselerasi Ayla. Si mungil ini sanggup menuntaskan akselerasi 0-100 km/jam hanya dalam tempo 16,53 detik. Akselerasi di kecepatan menengahnya juga cukup memadai. Ayla terasa menyenangkan di jalan dalam kota.
Keunggulan tersebut berkorelasi positif dengan konsumsi BBM dalam kota. Memang, teknologi mesin dan transmisinya masih konvensional. Tapi ia sanggup mencatat konsumsi BBM dalam kota 13,5 km/l.
Di rute tol, mengandalkan mesin 3-silinder dengan kapasitas kecil, membuatnya kesulitan saat cruising. Walau tanpa takometer, kami merasa putaran mesinnya di kecepatan 100 km/jam cukup tinggi. Ia pun hanya mencatat konsumsi BBM 18,5 km/l di tol.
Ayunan suspensi Ayla juga cukup empuk. Wheelbase 2.450 mm membantu meningkatkan kenyamanan. Sayang, bobot mobil ringan membuatnya menimbulkan kegaduhan saat melewati speed trap.
Sementara untuk pengendalian, jangan terlalu berharap banyak darinya. Potensi limbung mudah terdeteksi. Penggunaan ban 155/80 R13 kian membatasi kelincahannya di jalan.
Namanya juga model paling ekonomis, fitur Ayla tipe M terbilang ‘sangat pas’. Power window sudah ada. Tapi spion samping tanpa pengatur elektrik. Tidak ada foglamp atau sensor parkir.